Tantangan Perkaderan HMI - HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang

Breaking

Kamis, 04 Agustus 2022

Tantangan Perkaderan HMI



Himpunan mahasiswa islam dalam kiprahnya sebagai organisasi di indonesia mempunyai ukir sejarah yang penuh dengan keikhlasan dan penuh tanggung jawab dalam kemaslahatan.

Berawal dari manusia yang bernama Lafran Pane HMI dalam perwujudannya bukan untuk mencari keutungan atas kemerdekaan bangsa indonesia akan tetapi hadirnya HMI telah diwariskan untuk Indonesia.

Mengutip apa yang dikatakan oleh jendral sudirman Pernyataan Sudirman tentang HMI sebagai penyatu religion dan nation dalam sebuah konsep Negara adalah daya publik yang besar dan kuat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kehadiran HMI di Indonesia menjadi Negara pembeda dengan konsep-konsep kenegaraan lainnya di dunia. Dimana kecenderungan Negara-negara didunia membentuk konsep kenegaraanya terbagi menjadi dua bentuk (dalam skala besar), yaitu sebagai state nation (Negara kebangsaan) atau state religion (Negara berbasiskan keagamaan).Otoritas atas kemerdekaan dalam bertindak tersebut, telah dijawab oleh Himpunan mahasiswa Islam, bahkan menjadi sandaran ideologis dalam bertindak, sesuai dalam nilal nilai dasar perjuangan (NDP) HMI pada bab III kemerdekaan manusia (Ikhtiar) dan keharusan universal (takdir).


Kemerdekaan yang hakiki ini bermakna memberi kebebasan dan kelapangan hati, pikiran, dan perbuatan manusia untuk menyampaikan pendapat

dan berkreasi dalam amal perbuatan secara terbuka tanpa ada rasa kahwatir.


Oleh sebabnya, BerHMI juga sebagai ikhtiar dalam mewujudkan kemerdekaan, untuk mendapat kepastian keikhlasan yang insani dalam bertindak.


Segala konsep perjuangan, dan jalur kiri yang dikumandangkan oleh mahasiswa, mestilah didasari oleh kehendak yang merdeka, tanpa ada istilah perintah ‘don-don’, atau fanatis terhadap senioritas. Seperti halnya, membela senioritas yang bertindak salah (karena perintah sesepuh), juga menghambat kemerdekaan itu sendiri.


Manusia diciptakan oleh Allah SWT mengemban misi penting untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi ini. Pada awalnya Allah SWT menawarkan kepada makhluk-makhluknya untuk memimpin bumi ini, namun tidak ada satupun makhluk yang mampu untuk mengemban misi suci ini. Kemudian Allah SWT memutuskan untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi manusia jika dibandingkan dengan makhluk Allah SWT yang lain.


Manusia dianugerahi akal dan bentuk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan manusia dari makhluk lain tersebut janganlah dijadikan sebagai cara pandang untuk membanggakan diri. Manusia sebaiknya sadar juga akan keterbatasannya untuk menjadi khalifah di bumi ini. Manusia membutuhkan proses regenerasi untuk memimpin bumi ini. Manusia dibatasi oleh umur dan kelak pada hari kemudian akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa yang sudah dilakukannya di muka bumi ini.


Proses regenerasi inilah yang dapat disebut juga sebagai proses perkaderan. HMI sebagai organisasi perkaderan memiliki tujuan yang berbunyi “Terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah SWT”. Proses perkaderan pada HMI mengedepankan pada terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulil Albab.


Menyimak kondisi yang sedemikian, HMI harus tetap mengambil peran sebagai organisasi perkaderan. Sebagai organisasi yang menfungsikan diri sebagai organisasi kader, maka setiap gerak langkah organisasi harus dilaksanakan dalam rangka memberdayakan para anggotanya yang secara implisit menjadi bagian yang harus di kader. Untuk menegaskan pemahaman kader HMI, diperlukan eksplanasi internal organisasi yang mendalam. Secara simultan organisasi bertanggung jawab terhadap pemahaman kepada para anggota. Dengan demikian, secara fungsional organsisasi, orang yang dipercaya sebagai pengurus dalam level manapun (komisariat, korkom, cabang, badko, maupun pengurus besar) harus dapat memainkan peran ini.


“Cadre is a small group of people who are specially chosen and trained for a particular purpose” (AS Hornby). Pola perekrutan kader dilakukan dengan mengutamakan kualitas tanpa mengesampingkan kuantitas. Prioritas perekrutan kader dilakukan di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan sederajat yang berkualitas. Kader HMI dipilih dan dilatih melalui berbagai tahapan, mulai dari Basic Training (Latihan Kader I), Intermediate Training (Latihan Kader II), dan Advance Training (Latihan Kader III). Tiap tahapan memiliki tujuan pencapaian masing-masing.


Pertumbuhan secara kuantitas tersebut belum diimbangi dengan kualitas manajemen perkaderan. Salah satu penyebab hal ini adalah terbatasnya sumber daya pengkader dan juga dana. 


Perkaderan HMI pada masa sekarang bukannya lancar tanpa masalah apapun. Masalah-masalah tersebut secara optimis dipandang sebagai tantangan perkaderan. Tantangan-tantangan tersebut berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Bahkan terkadang tantangan-tantangan tersebut muncul secara bersamaan. Sehingga dibutuhkan kematangan mental dan fisik untuk menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.


Melihat perkembangan perkaderan pada level komisariat, saat ini perkaderan HMI juga mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah prematurnya usia kader yang masuk menjadi pengurus. Sehingga yang terjadi adalah para pengurus komisariat belum matang untuk melakukan kemampuan manajerial komisariat. Hal ini disebabkan karena perkaderan pada tiap komisariat sangatlah fluktuatif. Terkadang tiap angkatan, komisariat kurang berhasil jika dilihat secara kuantitas.


Minat mahasiswa dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Hal ini berimbas juga pada HMI . Mahasiswa banyak yang terjebak pada budaya hedonisme. Sebuah budaya dimana menempatkan faktor pleasure sebagai hal yang utama. Mahasiswa menjadi tidak terlatih dalam menghadapi permasalahan-permasalahan umat. Menurut Freud, adalah hal yang wajar ketika manusia (mahasiswa) melakukan segala hal untuk menghindari kecemasan. Namun menjadi tidak wajar ketika mahasiswa menjadi terjebak dalam budaya hedonisme karena untuk menghindari kecemasan.


Menurut Gramsci, kaum-kaum terdidik (mahasiswa) seharusnya didorong untuk menjadi kaum intelektual organik. Kaum-kaum yang sadar akan posisinya didalam kerangka struktur kemasyarakatan. Kaum terdidik yang mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Kontribusi positif tidak selalu ditunjukkan dengan sikap resistensi terhadap pemerintah. Walaupun pada kenyataannya banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan rakyat.


Perkaderan dalam HMI belum bisa menyentuh ranah sosial kemasyarakatan. Kader-kader HMI kadang terjebak dalam keeksklusifitasan intelektual. Kader-kader HMI masih banyak yang sibuk untuk mengurusi internal organisasi. Kader-kader HMI sibuk untuk meng up-grade kapasitas intelektualnya ataupun mengurusi internal organisasi, sehingga ranah pengabdian kepada masyarakat belum tergarap dengan baik.


Watak perkaderan HMI lebih menitikberatkan kepada aspek pembinaan kepribadian anggota HMI, dan itu pun dipersempit dengan pembinaan kerohanian dan intelektual anggota HMI. Kita tidak melihat seberapa jauh anggota HMI dididik untuk berkiprah dan memimpin masyarakat. Sehingga yang kita saksikan, para kader HMI agak sulit membaur dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Gejala ini sebetulnya terkait dengan corak perkaderan yang diterapkan. Corak perkaderan yang diterapkan selama ini lebih menonjolkan pola kontra kultur yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat.


Perkaderan dalam HMI sebaiknya dapat menempatkan kader-kadernya untuk mengaktualisasikan potensi masing-masing. Sehingga para kader tidak lari kesana-kemari (konsentrasi di HMI). Menurut Maslow dalam Hierarchical needs-nya, kebutuhan akan aktualisasi diri menempati posisi teratas dalam kebutuhan manusia. Kebutuhan dicapai secara bertahap. Dimulai kebutuhan fisiologis sampai dengan kebutuhan akan harga diri. Salah satu kebutuhan akan tercapai jika kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Salah satu tantangan pada perkaderan saat ini adalah bagaimana kader mengaktualisasikan potensinya di HMI.


Empat kebutuhan awal, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan perasaan memiliki dan kebutuhan akan harga diri biasanya sudah dimiliki oleh kader pada zaman sekarang ini. Empat kebutuhan awal tersebut didapatkan pada saat dalam pendidikan keluarga. Kebutuhan aktualisasi kader akan tercapai jika dalam proses perkaderannya, kader merasa teroptimalkan potensi dirinya. Tiap kader memiliki potensi yang berbeda-beda. Tiap kader dipandang sebagai individu yang unik. Pemahaman tentang individual differences harus diperhatikan secara seksama. Hal ini berpengaruh dalam kultur yang terdapat pada tiap-tiap komisariat. Kultur sebuah komisariat tidak dapat dipaksakan ke dalam kultur komisariat yang lain.


Kebesaran sebuah organisasi dimulai dari kesadaran seluruh anggotanya secara internal. Kesadaran untuk membesarkan organisasinya menjadi energi yang pertama dan utama yang harus dimiliki seluruh anggota. Sehingga, adalah sangat mustahil untuk membesarkan organisasi jika kesadaran anggota sangat minim. Pembinaan internalisasi organisasi yang dilakukan merupakan bagian terdepan yang menjadi perhatian penting. Pembinaan yang dilakuan berdasarkan pada konstitusi organisasi yang bersangkutan. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Pokok Organisasi, dan Pedoman Perkaderan HMI merupakan sebagian kecil panduan yang menjadi rambu acuan organisasi. Hanya dengan tetap berpegang teguh dan mengimplementasikannya, roda organisasi dapat berjalan dengan baik, lancar, dan berkesinambungan. Itulah yang semestinya dilaksanakan seluruh aktivis HMI.


Tuntutan akademis di bangku perkuliahan merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kader HMI. Bagaimana caranya kader HMI dapat menyeimbangkan antara tuntutan organisasi dan tuntutan akademis. Adanya keseimbangan antara akademis dan organisasi akan menjadi nilai plus bagi kader HMI. Permasalahan yang terjadi adalah ketika kader HMI hanya mementingkan akademis saja. Hal ini sudah tentu akan mengganggu jalannya roda organisasi. Begitu juga ketika kader HMI melupakan sisi akademisnya karena terlalu tenggelam dalam roda organisasi. Hal ini akan membuat kader HMI kehilangan sentuhan khas ciri intelektual akademisnya. Sungguh ironis apabila karena terlalu aktif dalam kegiatan HMI sehingga menyebabkan seorang mahasiswa sampai tidak lulus kuliah.


Poin penting perkaderan dalam HMI adalah bagaimana seorang kader dapat melakukan perkaderan yang dimulai dari diri sendiri. Bagaimana seorang pengader akan mengader orang lain, namun belum dapat mengatur dirinya sendiri. Dibutuhkan kesadaran individu agar internalisasi nilai-nilai HMI dapat masuk meresap ke dalam jiwa tiap individu kader HMI. Dari hal inilah sebenarnya proses perkaderan dimulai. Perkaderan dimulai dari pribadi individu, kemudian baru menyebar ke orang lain dan masyarakat luas.


Itulah tantangan-tantangan yang harus dihadapi dalam proses perkaderan di HMI, khususnya di cabang Barru. Hanya dengan meningkatkan kualitas kader, maka HMI dapat mengambil peran positif dalam pembangunan nasional menuju tatanan masyarakat yang di Ridhoi Allah SWT melalui pembentukan mahasiswa Islam yang berkarakter lima insan cita.


Perkaderan merupakan hal yang sangat krusial bagi adanya suatu organisasi, kaderisasi bisa dikatakan sebagi ruh organisasi untuk terus eksis dalam kehidupan bermasyarakat.


Dalam konteks mahasiswa sebenarnya peran kaderisasi dalam lingkup organisasi kemahasiswaan harus terus digalakkan untuk terwujudnya harmonisasi organisasi.


Untuk mewujudkan perkaderan 'sustainable' atau perkaderan yang bersifat berkelanjutan hal yang paling utama kita melakukan kajian-kajian dalam rangka menjaga budaya yang baik, budaya yang progressif yang merupakan kebutuhan kader itu sendiri.


Dimulai dari hal-hal kecil sehingga memunculkan kebiasaan kebiasaan yang bisa kita terapkan dalam aktifitas organisatoris, dan menciptakan atau mengembangkan nalar kritis seorang kader dan menumbuhkan jiwa militansi dalam kader.

.

Setelah kajian-kajian sehingga memunculkan ide ide untuk masa depan organisasi.


Oleh: Fahmi Idris, HMI Cabang Bangkalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages