TANTANGAN DALAM PERKADERAN HMI - HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang

Breaking

Kamis, 04 Agustus 2022

TANTANGAN DALAM PERKADERAN HMI



Manusia dianugerahi akal dan bentuk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan manusia dari makhluk lain tersebut janganlah dijadikan sebagai cara pandang untuk membanggakan diri. Manusia sebaiknya sadar juga akan keterbatasannya untuk menjadi khalifah di bumi ini. Manusia membutuhkan proses regenerasi untuk memimpin bumi ini. Manusia dibatasi oleh umur dan kelak pada hari kemudian akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa yang sudah dilakukannya di muka bumi ini.


Proses regenerasi inilah yang dapat disebut juga sebagai proses perkaderan. HMI sebagai organisasi perkaderan memiliki tujuan yang berbunyi “Terbinanya Insan Akademis Pencipta Pengabdi yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang Diridhoi Allah SWT”. Proses perkaderan pada HMI mengedepankan pada terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulil Albab.


HMI harus tetap mengambil peran sebagai organisasi perkaderan. Sebagai organisasi yang menfungsikan diri sebagai organisasi kader, maka setiap gerak langkah organisasi harus dilaksanakan dalam rangka memberdayakan para anggotanya yang secara implisit menjadi bagian yang harus di kader. Untuk menegaskan pemahaman kader HMI, diperlukan eksplanasi internal organisasi yang mendalam. Secara simultan organisasi bertanggung jawab terhadap pemahaman kepada para anggota. Dengan demikian, secara fungsional organsisasi, orang yang dipercaya sebagai pengurus dalam level manapun (komisariat, korkom, cabang, badko, maupun pengurus besar) harus dapat memainkan peran ini.


Pertumbuhan perkaderan HMI belum diimbangi dengan kualitas manajemen perkaderan. Salah satu penyebab hal ini adalah terbatasnya sumber daya pengkader dan juga dana. Perkaderan HMI pada masa sekarang bukannya lancar tanpa masalah apapun. Masalah-masalah tersebut secara optimis dipandang sebagai tantangan perkaderan. Tantangan-tantangan tersebut berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Bahkan terkadang tantangan-tantangan tersebut muncul secara bersamaan. Sehingga dibutuhkan kematangan mental dan fisik untuk menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.


Melihat perkembangan perkaderan pada level komisariat, saat ini perkaderan HMI juga mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah prematurnya usia kader yang masuk menjadi pengurus. Sehingga yang terjadi adalah para pengurus komisariat belum matang untuk melakukan kemampuan manajerial komisariat. Hal ini disebabkan karena perkaderan pada tiap komisariat sangatlah fluktuatif. Terkadang tiap angkatan, komisariat kurang berhasil jika dilihat secara kuantitas. Minat mahasiswa dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Hal ini berimbas juga pada HMI. Mahasiswa banyak yang terjebak pada budaya hedonisme. Sebuah budaya dimana menempatkan faktor pleasure sebagai hal yang utama. Mahasiswa menjadi tidak terlatih dalam menghadapi permasalahan-permasalahan umat. Menurut Freud, adalah hal yang wajar ketika manusia (mahasiswa) melakukan segala hal untuk menghindari kecemasan. Namun menjadi tidak wajar ketika mahasiswa menjadi terjebak dalam budaya hedonisme karena untuk menghindari kecemasan.


Menurut Gramsci, kaum-kaum terdidik (mahasiswa) seharusnya didorong untuk menjadi kaum intelektual organik. Kaum-kaum yang sadar akan posisinya didalam kerangka struktur kemasyarakatan. Kaum terdidik yang mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Kontribusi positif tidak selalu ditunjukkan dengan sikap resistensi terhadap pemerintah. Walaupun pada kenyataannya banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan rakyat.


Perkaderan dalam HMI belum bisa menyentuh ranah sosial kemasyarakatan. Kader-kader HMI  kadang terjebak dalam keeksklusifitasan intelektual. Kader-kader HMI masih banyak yang sibuk untuk mengurusi internal organisasi. Kader-kader HMI sibuk untuk meng up-grade kapasitas intelektualnya ataupun mengurusi internal organisasi, sehingga ranah pengabdian kepada masyarakat belum tergarap dengan baik.


Watak perkaderan HMI lebih menitikberatkan kepada aspek pembinaan kepribadian anggota HMI, dan itu pun dipersempit dengan pembinaan kerohanian dan intelektual anggota HMI. Kita tidak melihat seberapa jauh anggota HMI dididik untuk berkiprah dan memimpin masyarakat. Sehingga yang kita saksikan, para kader HMI agak sulit membaur dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Gejala ini sebetulnya terkait dengan corak perkaderan yang diterapkan. Corak perkaderan yang diterapkan selama ini lebih menonjolkan pola kontra kultur yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat.


Perkaderan dalam HMI sebaiknya dapat menempatkan kader-kadernya untuk mengaktualisasikan potensi masing-masing. Sehingga para kader tidak lari kesana-kemari (konsentrasi di HMI). Menurut Maslow dalam Hierarchical needs-nya, kebutuhan akan aktualisasi diri menempati posisi teratas dalam kebutuhan manusia. Kebutuhan dicapai secara bertahap. Dimulai kebutuhan fisiologis sampai dengan kebutuhan akan harga diri. Salah satu kebutuhan akan tercapai jika kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Salah satu tantangan pada perkaderan saat ini adalah bagaimana kader mengaktualisasikan potensinya di HMI.


Empat kebutuhan awal, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan perasaan memiliki dan kebutuhan akan harga diri biasanya sudah dimiliki oleh kader pada zaman sekarang ini. Empat kebutuhan awal tersebut didapatkan pada saat dalam pendidikan keluarga. Kebutuhan aktualisasi kader akan tercapai jika dalam proses perkaderannya, kader merasa teroptimalkan potensi dirinya. Tiap kader memiliki potensi yang berbeda-beda. Tiap kader dipandang sebagai individu yang unik. Pemahaman tentang individual differences harus diperhatikan secara seksama. Hal ini berpengaruh dalam kultur yang terdapat pada tiap-tiap komisariat. Kultur sebuah komisariat tidak dapat dipaksakan ke dalam kultur komisariat yang lain.


Kebesaran sebuah organisasi dimulai dari kesadaran seluruh anggotanya secara internal. Kesadaran untuk membesarkan organisasinya menjadi energi yang pertama dan utama yang harus dimiliki seluruh anggota. Sehingga, adalah sangat mustahil untuk membesarkan organisasi jika kesadaran anggota sangat minim. Pembinaan internalisasi organisasi yang dilakukan merupakan bagian terdepan yang menjadi perhatian penting. Pembinaan yang dilakuan berdasarkan pada konstitusi organisasi yang bersangkutan. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Pokok Organisasi, dan Pedoman Perkaderan HMI merupakan sebagian kecil panduan yang menjadi rambu acuan organisasi. Hanya dengan tetap berpegang teguh dan mengimplementasikannya, roda organisasi dapat berjalan dengan baik, lancar, dan berkesinambungan. Itulah yang semestinya dilaksanakan seluruh aktivis HMI.

Oleh: Afifah Islamia, HMI Cabang Cirebon 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages