Degradasi Nilai Keislaman Dalam Jiwa Kader HMI - HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang

Breaking

Rabu, 03 Agustus 2022

Degradasi Nilai Keislaman Dalam Jiwa Kader HMI



Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan wadah para mahasiswa Islam yang memiliki orientasi dan semangat keIslaman dan keIndonesiaan.

Dalam AD/ART HMI dijelaskan bahwa HMI adalah organisasi yang berfungsi sebagai organisasi kader, dimana HMI hadir sebagai pencetak sumber daya manusia yang berintegritas tinggi dan berkualitas insan cita. Kader merupakan sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar.

Kader HMI memiliki tanggung jawab yang besar, baik tanggung jawab terhadap negara dan tanggung jawab terhadap agama Islam. Maka dari itu, sebagai kader HMI harus selalu memperjuangkan hak-hak sebagai warga negara yang baik mapun patuh terhadap Al-Qur’an dan hadist. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi yang semakin canggih kader HMI mengalami degradasi yang menurun dalam memahami keIslaman. Realita yang tidak sesuai dengan idealitas. Saat ini banyak kader HMI yang tidak mampu memahami Islam secara kaffah, mereka hanya memahami secara global dan tidak menjalankan ajaran-ajaran yang diperintahkan dalam Islam.

Salah satu contohnya, ketika penulis menjadi peserta bahkan panitia Intermediate Training apabila dipresentasikan 50% kader HMI dalam membaca Al-Qur’an belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, apalagi memahami maknanya. Bahkan sangat disayangkan terdapat 5% kader HMI yang masih kesulitan dalam membaca Al-Qur’an dan masih harus dibantu oleh orang lain. Apalagi ketika mereka jarang sekali dalam membaca Al-Qur’an, ada yang membaca dalam sebulan satu kali, bahkan satu bulan tidak membaca sama sekali. Padahal HMI itu didirikan atas semangat keIndonesiaan dan keIslaman.

Al-Qur’an merupakan pedoman dasar dan jalan keselamatan bagi umat Islam, terlebih kader HMI. Begitu banyak segala bentuk perjuangan dan perjalan kader HMI untuk mencapai kualitas insan cita sudah termaktub dalam Al-Qur’an, bahkan sering kita nyanyikan dalam hymne HMI yang berbunyi “Turut Al-Qur’an dan Hadist, jalan keselamatan”. Sudah sepatutnya kader HMI itu menguasai Al-Qur'an, baik dalam membacanya, mengartikannya, memahaminya, hingga memperjuangkannya. Jadi, jika membacanya saja belum bisa dan belum mampu membaca sesuai dengan kaidah Al-Qur’an, bagaimana cara kita untuk mencapai tujuan HMI?

Ditambah lagi dengan belum bisa melaksanakan kewajiban terhadap agama Islam, yaitu sholat 5 waktu. Kewajiban ini terkadang dijadikan hal sepele yang dapat dilakukan kapan saja, padahal sebagai kader HMI harus mampu menjalankan kewajiban ini dengan istiqomah. Hal tersebut bisa dilihat ketika kader HMI menjalankan training atau ketika melaksanakan aksi dan diskusi. Sudah banyak

kader HMI yang menunda dan meninggalkan sholat dan tidak memperdulikan suara adzan yang berkumandang. Mereka lebih asyik dan fokus dengan training-training yang sedang dilakukan dan diskusi yang sedang dijalankan. Selagi belum menemukan jalan keluar dalam diskusi dan belum selesai dalam training, tidak akan menjalankan sholat 5 waktu dengan tepat.

Sholat bukanlah sesuatu yang bisa ditawar dan dinanti-nantikan, kecuali menunda sholat dalam keadaan darurat. Darurat dalam artian ketika tidak meninggalkan sholat nyawa akan terancam, dalam hal ini boleh untuk menunda waktu sholat. Ketika masih bisa menunda pekerjaan lain dan melaksanakan sholat, maka laksanakan. Jadi, ketika menunda waktu sholat siapa yang bisa menjamin apakah mereka melaksanakan sholat atau tidak.

Akibatnya, hal seperti ini sudah menyebar pada kader HMI. Seakan-akan hal ini terus menular dengan sendirinya. Sebab, menunda waktu sholat ketika ada kegiatan yang berlangsung secara bersamaan. Maka dari itu, beberapa kader HMI yang terbiasa sholat berjamaah, kemudian ikut menunda waktu sholat dan mengikuti yang lainnya.

Hal seperti ini jangan sampai dibiarkan dan terus menerus dilestarikan dalam kader- kader HMI. Jika dibiarkan saja, maka HMI akan terbunuh secara tidak langsung. Seharusnya keIslaman menjadi modal utama dalam berorganisasi HMI, malah digrogoti oleh kader HMI sendiri. Ditakutkan nilai-nilai keIslaman yang ada dalam oraganisasi HMI ini pudar, bahkan menghilang.

Maka dari itu, penulis menganalisi oragnisasi HMI yang berada di Cabang Semarang. HMI Cabang Semarang memiliki nilai-nilai keIslaman yang sangat kuat. Mengapa dikatakan sangat kuat? HMI Cabang Semarang lebih mengutamakan nilai-nilai keIslaman. Misalnya, dalam training-training yang diadakan oleh komisariat dan korkom dalam lingkup Cabang Semarang selalu mengutamakan sholat jamaah. Ketika terdengar suara adzan, semua kegiatan berhenti dan diarahkan untuk melaksanakan sholat jamaah. Bakhan, ketika HMI Cabang Semarang mengadakan aksi demonstrasi tidak lupa untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Kader HMI harus selalu melaksanakan sholat 5 waktu, dengan cara bergilir.

Oleh sebab itu, sudah sepatutnya sebagai kader HMI untuk merekontruksi berbagai kerusakan dan kesesatan yang mulai terlihat saat ini. Berawal dari diri kita sendiri, kemudian mengubah orang lain. Mulai saat ini kita semua harus menegaskan bahwa pentingnya membaca dan memahami Al-Qur’an hingga sholat tepat waktu, apalagi konsisten dalam sholat berjamaah. Supaya nilai-nilai keIslaman dalam HMI selalu ada dan tidak hilang. Sehingga ketika dasar-dasar keIslaman telah tertanam dalam diri kader HMI, maka harapan untuk mewujudkan tujuan HMI akan terealisasikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages