Calon Ibu, Kepoin Nutrisi untuk Kecerdasan Anak Yuk! - HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang

Breaking

Jumat, 24 Juni 2022

Calon Ibu, Kepoin Nutrisi untuk Kecerdasan Anak Yuk!



Pada dasarnya, semua nutrisi yang ada pada makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan otak anak. Mulai dari karbohidrat, protein, lemak, dan berbagai macam vitamin serta mineral, baik yang makro maupun mikro. Nutrisi tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh adanya metabolisme dan interaksi antara zat-zat gizi di dalam tubuh. Dengan adanya asupan nutrisi yang cukup, pertumbuhan dan perkembangan anak akan semakin baik, khususnya pada otak yang berperan dalam kecerdasan.

Pertumbuhan otak sangat ditentukan oleh the golden period, atau biasa disebut dengan 1000 hari emas. 1000 hari emas merupakan nama lain dari 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Hari tersebut ditentukan mulai dari usia kehamilan 9 bulan hingga dua tahun. 1000 HPK merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi di Indonesia pada tingkatan global yang disebut dengan Scaling Up Nutrition (SUN).

Pada 1000 hari tersebut, anak akan mengalami perkembangan sejak dalam kandungan yang akan mempengaruhi fisik dan IQ anak yang akan lahir. Pola asuh dan nutrisi harus mulai diperhatikan sebelum kehamilan. Hendaknya, calon ibu memiliki metline untuk mengukur lingkar lengan atas (LiLA). Standarisasi normal dalam kategori LiLA yaitu 23,5 cm. Apabila kurang, maka dapat diindikasikan seorang ibu akan mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan bayi akan mengalami risiko Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR). Hal ini menjadi pusat perhatian para tenaga kesehatan, karena cadangan lemak yang cukup sangat diperlukan oleh ibu untuk masa kehamilan.

Zat gizi yang diperlukan dalam berlangsungnya pertumbuhan dan perkembangan otak yaitu asam lemak esensial. Asam lemak esensial adalah sebutan bagi asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh manusia, atau dapat dibuat, tetapi dalam jumlah yang sangat minim. Hal ini terjadi karena manusia memiliki enzim yang kurang fungsional dalam melakukan sintesis asam lemak.

Salah satu contoh asam lemak esensial yaitu ikan. Lemak yang terkandung dalam ikan memiliki komposisi yang berikatan tidak jenuh ganda seperti, asam lemak linoleate, asam lemak eiksonapentaenoat, asam lemak dokosaheksaenoat, dan lain-lain. Namun, minyak ikan tidak dapat diberikan kepada semua orang, terutama pasien vegetarian. Nah, disinilah pengetahuan seorang Ibu sangat diperlukan. Bayi vegetarian tidak boleh mengonsumsi bahan pangan yang berasal dari hewani, sehingga harus diganti dengan bahan pangan nabati.

Kali ini, terdapat bahan pangan nabati yang memiliki kandungan yang sama dengan minyak ikan, yaitu minyak Sacha Inchi. Sacha Inchi merupakan tumbuhan yang berasal dari hutan hujan Amazon di Peru. Kandungan yang terdapat di dalam minyak tersebut adalah protein, vitamin A, vitamin E, omega-3, omega-6, dan berbagai macam nutrisi lainnya.

Menurut para peneliti yang dipimpin oleh Prof. George Baillie, dari University of Glasgow,  sebagian besar otak manusia terdiri dari lemak. Dengan kehadiran minyak Sacha Ichi, manusia akan mampu untuk menyuburkan sel otak, melawan keradangan, dan membina membrane sel otak. Omega-3 yang terkandung di dalamnya mampu meningkatkan fungsi kognitif dan melindungi anak dari gangguan otak, seperti demensia.

Bagi manusia, asam lemak esensial telah mencakup asam lemak tak jenuh (PUFA, polysaturated fatty acids, dan lain-lain), khususnya dalam kelompok asam lemak omega tiga. Manusia membutuhkan asam tersebut dari bahan pangan, karena mereka tidak mampu menghasilkan enzim desaturase dan hanya mampu merombak PUFA.

Selain nutrisi saat kehamilan, pasca kelahiran juga masih menjadi sorotan. Calon ibu harus mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Pengganti Air Susu Ibu (PASI), Makanan Pengganti Air Susu Ibu (MP ASI), dan makanan keluarga. ASI memiliki beberapa manfaat dari segi ekonomi dan memiliki kandungan gizi yang tinggi sesuai dengan kebutuhan bayi. Air susu yang keluar pertama kali (kolostrum) mengandung antibodi yang dapat meningkatkan imunitas bayi. Bayi yang mendapat kolostrum akan memiliki lapisan usus yang matang, karena kolostrum mampu membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang belum matang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq (2009), peneliti dari Department of Public Health Nutrition, bayi yang menyusu dini hasilnya delapan kali lebih berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan Ibu. Bayi yang menyusu pada satu jam pertama akan menurunkan angka kematian neonatal sebesar 22%. Inisiasi menyusu dini (IMD) memberikan dampak positif terhadap tingkat penurunan berat badan bayi pada hari ke-3.

Akan tetapi hal ini jarang sekali diketahui oleh sang Ibu, bahkan mayoritas Ibu justru menunda IMD dengan berbagai macam alasan. Tidak hanya itu, kebanyakan sang Ibu juga membuang kolostrum dengan alasan berwarna kuning pekat dan berbau kurang sedap. Selain keduanya, tidak jarang dari sang Ibu menyusui kurang dari dua tahun, padahal perintah menyusui sudah jelas dalam al-Qur’an, Q.S al-Baqarah ayat 233:

ÙˆَالْÙˆٰÙ„ِدٰتُ ÙŠُرْضِعْÙ†َ اَÙˆْÙ„َادَÙ‡ُÙ†َّ Ø­َÙˆْÙ„َÙŠْÙ†ِ ÙƒَامِÙ„َÙŠْÙ†ِ Ù„ِÙ…َÙ†ْ اَرَادَ اَÙ†ْ ÙŠُّتِÙ…َّ الرَّضَاعَØ©َ

Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna”.

Kondisi demikian seringkali terjadi di lingkungan masyarakat, karena kurangnya pengetahuan seorang Ibu. Jika memang terdapat alasan yang rasional untuk tidak menyusui hingga dua tahun, hendaknya sang Ibu memberikan MP ASI sesuai dengan bentuk makanan, usia, dan perkembangan anak.

Pemberian zat gizi yang mencukupi harus terus berlanjut hingga anak menginjak usia remaja, bahkan dewasa. Hal ini dikarenakan oleh adanya aktivitas-aktivitas fisik yang akan menguras tenaga dan pertumbuhan sel-sel serta jaringan pada tubuh yang terus berlanjut, terutama pada otak.

Wallahu A’lam bi al-Shawaab.

Oleh: Erina Febri, Menteri Kesehatan, Monash Institute Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages