Sempurnakan Kesehatan dengan Peduli kepada Kesehatan Mental - HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang

Breaking

Senin, 18 April 2022

Sempurnakan Kesehatan dengan Peduli kepada Kesehatan Mental



Kesehatan mental merupakan salah satu unsur mendasar dari kesehatan. Sebab, individu sehat yang sesungguhnya bukanlah mereka yang sehat secara fisik tetapi juga mentalnya. Mental yang sehat akan membuat seseorang menyadari potensi yang ia miliki, mengatasi tekanan hidup dengan normal, produktif dalam bekerja dan turut berkontribusi dalam komunitas.

Menurut Pieper dan Uden (2006) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan suatu keadaan seseorang memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri sehingga mempunyai estimasi realistis yang dapat menerima kekurangan pada dirinya, mampu menghadapi masalah-masalah yang menyerang, dan memiliki kepuasan dalam berkehidupan sosial.

Sedangkan menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu sehingga mampu mengelola stress dengan wajar, produktif, serta ikut berpartisipasi dalam komunitas.

Kesehatan mental mampu mempengaruhi tingkat produktivitas diri, relasi sosial, dan keseimbangan hidup. Ketika individu memiliki mental yang sehat, ia akan terlibat aktif dan berkontribusi dengan penuh terhadap lingkungannya. Namun, hal tersebut sering dilewatkan karena hingga saat ini masih banyak masyarakat awam yang bahkan tidak paham pentingnya kesehatan mental.

Ketidakpahaman tersebut mengakibatkan masyarakat abai ketika mengalami gejala gangguan seperti stress. Mayoritas masyarakat menganggap stress sebagai hal yang sepele, sehingga mereka tidak mengerti cara mengelola stress maupun menangani gejala gangguan jiwa yang lainnya.

Di dunia, terdapat sekitar 450 juta jiwa menderita gangguan mental dan perilaku. Berdasarkan WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO), negara yang penduduknya mengalami gangguan depresi terbanyak adalah India (56.675.968 kasus atau 4,5% dari jumlah populasi yang ada). Adapun di Indonesia, terdapat 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi mengalami gangguan depresi.

Setiap individu tidak lepas dari sebuah masalah dalam kehidupan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Epitectus (dalam Farida, 2002) menyatakan bahwa sebenarnya yang mengganggu individu bukanlah masalah yang datang, akan tetapi cara pandang dan upaya untuk menyelesaikan permasalahan itu. Individu yang memandang negatif cenderung berfikir bahwa masalah yang dihadapi akan berlangsung dengan lama, namun individu yang berfikir positif akan memandang sebaliknya.

Hal itulah yang mendukung terjadinya mental yang tidak sehat, apalagi disertai dengan tipe kepribadian yang tertutup. Ia akan cenderung menyimpan masalahnya dan tidak bercerita kepada siapapun, sehingga seiring bertambahnya waktu akan semakin menumpuk, dan individu tersebut tidak akan mampu menyelesaikan masalah akan tetapi mengalami kebingungan.

Sistem kesehatan yang ada di dunia dianggap belum mampu mengatasi beban gangguan mental, sehingga mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan akan perawatan dan persedian. Di negara berkembang, terdapat sekitar 85% jiwa dengan gangguan mental yang parah tidak mendapat pengobatan.

Demikian juga di Indonesia, berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keberagaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa diperkirakan akan terus bertambah. Oleh sebab itu, sangat penting bagi setiap negara memiliki upaya yang mampu menanggulangi akibat dari gangguan kesehatan mental.

 

Oleh: Erina Febri, Ketua Umum HMI Komsya 2022-2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages