(Malikdesign) |
HMI Komisariat Syar’ah (HMI Komsya) mengadakan agenda Ngopi Milea
(Ngobrol Pemikiran Iman Milenial) di
Kanfak Syari’ah Ahad
(17/03). Agenda tersebut diisi dengan bedah buku “Laa Ikroha Fiy Ad-din”
karya Profesor Syeikh Toha Al-Alwani. Tak main-main, Komsya hadirkan pemateri
muda yang sekarang menjadi Formateur
LDMI Cabang Semarang Kanda Muhammad Abdul Rozak, S.H.
“Buku ini sangat dianjurkan untuk
kalangan mahasiwa, terlebih Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan hukum. Meskipun berbahasa Arab, namun sekarang sudah
ada terjemahannya. Jadi, sudah mudah. Semua wajib baca buku ini” tutur MPK HMI Komisariat Syari’ah periode 2017-2018.
Mengawai agenda bedah buku kemarin Rozaq, dengan memaparkan terlebih dahulu
sub-sub pembahasan dalam buku
tersebut. Selain itu, ia juga menjelaskan kelebihan serta kekurangan yang
terdapat didalamnya.
Dalam Kitab Shohih Bukhori yang
diriwayatkan oleh Ikrimah disebutkan bahwa “Barang
siapa mengganti agamaku, maka bunuhlah!.“
“Perlu
ditelisik lebih bagaimana kandungan Hadits tersebut jika dikaaitkan dengan ayat Qur’an yang
menjelakan bahwa ‘laaikroha fiy ad-din, tidak ada paksaan dalam agama
atau ayat dalam surah Al-kahfi ‘faman syaa’a fal yu’min, wa man syaa’a
falyakfur, barang siap menghendaki, maka bertakwa, dan barang siapa mengehendaki, maka kufur. Tentunya hal
tersebut mengundang tanda tanya
besar bagi kita.” Papar Rozaq kepada peserta diskusi Ngopi Milea.
Rozaq berhasil
membuat peserta makin penasaran. Al-Quran maupun Hadist yang disampaikan seolah
kontradiksi.
“iya juga ya. Ko jadi Hadits dengan kalam Allah seperti bertolak
belakang?,” usap Leni salah satu peserta diskusi.
“Dan,
apakah nabi dahulu pernah membunuh orang
murtad?” tanya Rozak kepada peserta yang semakin
terheran-heran.
Diskusipun semakin asyik dan menarik. Para peserta mulai beradu argumen dan
menanggapi pernyataan dan pertanyaan dari peserta maupun pemateri
“kalau kalian bingung itu berarti saya
berhasil membuat kalian berpikir” ujar Rozak disambut tawa para peserta.
“Dalam
kitab ini terdapat beberapa ‘jar’ untuk
Ikrimah. Diantaranya adalah ia merupakan ulama yang dekat dengan penguasa, jadi
ia banyak menerima hadiah dari mereka. Namun, kitab ini tidak menyebutkan ta’dilnya
yakni tentang periwayatan Ikrimah yang setara dengan 60 orang ulama” kata Rozak
mulai memberikan gambaran.
Rozaq mencerikan penjelasan buku
tersebut dalam menanggapi hadits riwayat ikrimah tersebut dengan ayat dalam
Surah An-Nisa dan Kahfi serta cerita singkat mengenai orang murtad pada jaman Rosulullah
SAW dan Sayyidina Abu Bakar.
Kholis selaku
moderator menyampaikan kesimpulan pada akhir diskusi itu.
“jadi, antara hadits dan Ayat Qur’an
tidak ada perbedaan. Kalaupun ada, itu disebabkan pemahaman kita yang belum
mumpuni jadi harus sering diasah dengan terus belajar, berdiskusi, dan
bertanya. Tentunya juga dengan melibatkan orang lain, salah satunya yakni
dengan mengadakan agenda seperti sore menjelang malam hari ini. Jadi, kita
tidak boleh merasa bosan atau merasa cukup dalam hal pengetahuan sebab pada
hakikatnya, semakin orang berpengetahuan, maka ia akan semakin sering belajar
dan bertanya,” ujarnya. (Red:Lay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar