“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang
kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya”.
Demikianlah, ungkapan Presiden Soekarno kala itu untuk
mengkobarkan semangat para pejuang dalam merebut kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari kaum penjajah. Perjuangan merupakan poin penting dalam
menggapai sebuah cita-cita, sehingga berakibat Bangsa Indonesia bisa merdeka.
Maka tak heran, Susanto Tirtoprojo mengartikan perjuangan sebagai suatu usaha
untuk meraih sesuatu yang diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan.
Di generasi milenial ini, tentu tidak bisa telepas dari yang
namanya teknologi terutama internet, hiburan atau entertainment seolah-olah
sudah menjadi kebutuhan pokok. Bahkan ada temuan pada tahun 2015 di Alvara
Research Center pada survey pengguna internet di Indonesia yang mendukung
statmen tersebut, yakni menunjukan bahwa konsumsi internet generasi
millennial—kisaran umur15-24 tahun— jauh lebih tinggi dibanding dengan generasi
lainya (red: generasi X).
Dengan adanya internet, maka kemudahan akses bagi masyarakat
terutama kaum muda terhadap informasi menjadi hal yang sangat wajar, karena
tidak terhalang oleh ruang dan waktu, cukup menggunakan smartphone
masing-masing. Namun, di balik keuntungan tersebut terdapat hal yang sangat
membahayakan bagi pribadi maupun orang lain. Apalagi dalam berselancar di dunia
maya masyarakat tidak memfilternya, maka bangsa ini akan sangat mudah diadu
domba oleh kelompok lain.
Fenomena demikian tentu menjadi hal yang sangat wajar, karena
pemikiran manusia berbeda-beda. Bahkan, penyebaran informasi tersebut ada yang
menggunakan emosi. Jikalau emosi yang digunakan, maka akan membangkitkan emosi
pengguna media sosial lainya. Jika sudah demikian, maka akan berimplikasi pada
munculnya cacian, perkataan jorok, hoax, bahkan berujung kekerasan. Lebih lagi,
jika ada kaum radikal yang memanfaatkan momen ini, maka mereka akan sangat
mudah dalam menyebarkan pesan-pesan berbau radikal pada masyarakat.
Dengan demikian, perlu kita sadari bersama bahwa dunia maya
sangat mempengaruhi dunia nyata. Sebut saja kasus kekerasan, permusuhan, dan
pembunuhan yang beredar di lingkungan kita, tentu salah satu penyebabnya adalah
penggunaan teknologi dunia maya yang kurang pas. Maka dari itu, masyarakat
harus berhati-hati dalam berselancar di dunia maya.
Terus Berjuang!
Sudi tetap berusaha jujur dan
ikhlas
Tak usah banyak bicara kerja trus
kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir
tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra
negri
Demikianlah lagu yang diciptakan oleh A. Simanjuntak kala itu.
Untaian-untaian lagu tersebut, seharusnya menjadi modal kita dalam mengarungi
dunia ini, terutam dunia maya. Sebab, berusaha atau perjuangan menjadi dasar
bagi seseorang atau kelompok dalam mengapai sebuah cita-cita. Akan tetapi, jika
perjuangan tidak ada, maka tinggal menunggu waktu saja kapan “alam akan
melibasnya”.
Dalam konteks ini, masyarakat dalam menggunakan media masa
seharusnya harus memfilter atau mengklarifikasi kebenaran sebuah informasi
terlebih dahulu, sebelum menyebar luaskanya. Bagitu pula seperti yang tertuang
dalam firman Allah, dalam QS. Al-Hujarat ayat 6, yang artinys “Wahai
orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa
suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu
itu”.
Upaya penyebaran pesan-pesan damai dan penggugah perjuangan pun
juga harus digalakkan, di samping pesam-pesan yang berbau penagkalan paham
radikalisme semata. Karena melihat dari latar belakang masyarakat yang plural,
maka dirasa perlu menggunakan strategi tersebut. Bertepatan pada momentum
kemerdekaan ini, maka mari kita bersama-sama berjuang dalam membumkan
pesan-pesan damai di dunia maya. Sebab, dengan upaya tersebut kita sudah
termasuk ikut berperan dalam menjaga kesatuan Negara Indonesia. Wallahu
a’lam bi al-shawaab.
Oleh : Ahmad Asrori, Ketua
Umum HMI Komisariat Syari’ah Periode 2017-2018
Sumber : jalandamai.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar