Perempuan; Pencetak Generasi Genius - HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang

Breaking

Senin, 19 November 2018

Perempuan; Pencetak Generasi Genius

www.militan.co
Kecerdasan seorang ibu berpengaruh secara sangat signifikan terhadap pola perkembangan anak-anaknya. Karena itu, tak ayal apabila ibu berkualitas akan menunjang generasi yang berkualitas. Semakna dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh University of Washington menyatakan bahwa gen kecerdasan perempuan akan lebih banyak ditransfer kepada anak dibanding gen yang dimiliki oleh ayahnya. Hal ini tak lain karena perempuan memiliki sepasang kromosom X, sedangkan seorang ayah hanya memiliki satu kromosom x dan yang satu kromosom Y. Kromosom X  inilah yang menentukan kognitif seorang anak (Vessy Frizona: 2018).
Beranjak dari kenyataan itu, maka kecerdasan seorang perempuan sangat dibutuhkan dalam proses pencerdasan kehidupan bangsa sebagaimana yang digemakan dalam cita-cita bernegara. Dalam konteks ini, ibu memang memiliki peran sentral dalam mewujudkan generrasi hybrid di masa depan. Selain ibu adalah madrasah al-uula bagi anak-anaknya, perempuan juga menjadi garda terdepan dalam mempengaruhi kelindan perilaku yang dimiliki oleh anak-anaknya.
Melihat pentingnya peran perempuan demikian, maka pendidikan menjadi dasar yang logis guna meningkatkan kecerdasan generasi di masa mendatang. Dalam konteks ini, Patresia Kirnandita (2017) mengatakan bahwa banyak dari perempuan yang tidak melanjutkan pendidikannya hingga sampai pada strata-2 (S2) atau strata-3 (S3). Hal demikian dapat dibuktikan melalui pengajar perguruan tinggi lebih dominan diisi oleh para pengajar laki-laki sebanyak 59,42% dibanding pengajar perempuan sebanyak 40,58%. Meski pendapat demikian bisa diterima secara serta merta bahwa perempuan masih menyandang pendidikan di bawah kaum laki-laki. Akan tetapi, konsekuensi logis seharusnya kaum perempuan menempati posisi yang lebih doimnan dibanding laki-laki.
Karena itu, pentingnya pendidikan tinggi bagi perempuan menjadi salah satu sarana untuk perbaikan diri sekaligus berfungsi untuk menentukan nasib generasi yang akan datang. Melalui pedidikan tinggi itu, seorang perempuan diarahkan untuk bisa berdikari, sehingga mampu menjadi pendidik yang kompeten dalam membangun generasi cemerlang untuk pembangunan di era mendatang.
Selain itu, fungsi lain pendidikan tinggi bagi perempuan ialah membentuk pola pikir yang luas, cerdas, tan tangkas. Lewat pengetahuan demikian, perempuan mampu mentransfer pengetahuanya untuk mencetak generasi yang tidak berfikiran sempit. Semakna dengan itu, Heri Murtomo (2016) menuturkan bahwa masa depan bangsa yang cerah tergantung pada generasi saat ini. Jika generasi saat ini memiliki karakter dan pengetahuan yang tidak baik, maka masa depan bangsa akan berakir. Sebaliknya, masa depan bangsa akan jaya, kuat, maju, dan akan memberi pengaruh dikancah internasional, apabila generasi yang dihasilkan memiliki kapasitas yang memadai.
Berangkat dari pembangunan generasi demikian, maka tidak salah jika dikatakan bahwa kemunduran, kemajuan, dan stagnasi suatu bangsa ditentukan oleh seorang perempuan. Dalam konteks ini, Nabi juga mengatakan bahwa “perempuan adalah tiang negara, jika rusak wanitanaya maka rusak pula negaranya.” Peran sentral perempuan  dalam hadis tersebut diibaratkan sebagai tiang, sehingga apabila bengkok tiang penyangganya, maka runtuhnya peradaban negara menjadi hal logis yang tak bisa dihindari. Karena itu, pembangunan terhadap pendidikan perempuan menjadi salah satu prasyarat yang harus dipenuhi dalam membentuk pola pikir yang memadai. Alhasil, hal yang paling dibutuhkan untuk menjadikan Indonesia lebih maju dan progresif adalah perempuan-perempuan yang cerdas dan pintar, guna mencetak anak-anak yang cerdas, pintar, kuat pula.
Lepas dari konteks demikian, pemikiran-pemikiran tentang perempuan sebagai kunci utama dalam menentukan generasi hebat dapat dicontohkan dalam kisah-kisah pemimpin hebat terdahulu. Kisah Muhammad Al-Fatih yang menjadi seorang pemimpin hebat dan disegani oleh dunia, dimana ia telah berhasil mewujudkan ramalan Rasulullah mengenai penaklukan konstantinopel, beliau (rasulullah) pernah mengatakan “Konstatinopel benar-benar akan ditaklukan. Sebaik-baik amir (khalifah) aalah amir yang memimpin penaklukannya dan sebaik-baik tentra adalah tentara yang menaklukanya” (Nur Fitri Hadi:2015) Kehebatan al-Fatih tersebut tidak lain adalah karena dorongan dan bimbingan dari seorang ibu.
Ibu Al-Fatih, Ratu Valide Yumahatun adalah seorang wanita yang baik, shaleha, istimewa, ibu yang fokus dalam mendidik anaknya, perasaan dan hatinya tidak bercabang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, tidak bercabang akal logika dan kecerdasannya, ia mempersiapkan dirinya untuk mendidik orang besar, melahirkan pembuka Konstantinopel, manusia yang nanti bisa mewujudkan perkataan nabi Muhammad. Ia mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk mendidik  Muhammad al-Fatih. Setiap kali menyelesaikan sholat subuh, ibu al-Fatih membawanya keluar, kemudian menunjukkan dari kejauhan benteng Konstantinopel yang megah itu, lalu ibu al-Fatih berkata “namamu nak adalah nama nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, nabi kita yang pernah mengatakan ‘benteng itu pasti akan ditaklukan’ dan kamu adalah penakluknya” (Nur Fitri Hadi:2015).
Dari cerita tersebut, bagi para perempuan (ibu) bisa mengambil pelajaran yang menarik, yakni perempuan harus memiliki visi besar untuk mempersiapkan generasi yang akan datang, sehingga mampu mencetak generasi canggih, Genius, dan berkualitas. Wallahu a’lam bi al-shawaab.
Oleh: Laeli Nur Faizah, Mahasiswi UIN Walisongo Semarang, Kabid PP Komisariat Syariah Periode 2017-2018 dan Ketua Umum HMI-Wati Korkom Walisongo Semarang
Sumber : www.militan.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages